Hamas: Pernyataan Trump Dapat Menghambat Implementasi Gencatan Senjata Gaza

 


Gaza – Hamas menyatakan bahwa pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengancam kelompok tersebut berpotensi mengganggu proses implementasi gencatan senjata di Gaza dan dapat mendorong Israel untuk tidak mematuhi kesepakatan yang telah ditandatangani.

Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, dalam pernyataannya pada Kamis (6/3), menegaskan bahwa perjanjian gencatan senjata yang dimediasi oleh Washington telah mencakup tiga tahap pembebasan sandera dan tahanan. Menurutnya, Hamas telah memenuhi kewajibannya dalam tahap pertama, tetapi Israel masih belum melaksanakan tahap kedua sebagaimana telah disepakati.

“Kami telah menjalankan bagian kami dalam perjanjian ini. Kini, pemerintah Amerika Serikat memiliki tanggung jawab untuk menekan Israel agar memenuhi kewajibannya dan melanjutkan negosiasi tahap kedua,” ujar Hazem Qassem.

Ancaman dari Trump disampaikan melalui platform media sosialnya, Truth Social, pada Rabu (5/3). Dalam pernyataannya, Trump memberikan peringatan terakhir kepada Hamas dan menuntut pembebasan segera seluruh sandera serta pengembalian jenazah korban.

"Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, maka Hamas akan menghadapi konsekuensi serius. Saya telah memberikan Israel semua yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas ini, dan tidak ada satu pun anggota Hamas yang akan selamat jika mereka tidak mengikuti instruksi saya," ujar Trump dalam unggahannya.

Sehari sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat mengonfirmasi bahwa mereka telah mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas untuk membahas pembebasan sandera yang masih ditahan di Gaza. Diskusi ini berlangsung di Doha, Qatar, dalam beberapa pekan terakhir dan dipimpin oleh utusan presiden untuk urusan pembebasan sandera, Adam Boehler.

Menurut keterangan resmi, Israel telah dilibatkan dalam proses konsultasi terkait perundingan ini, meskipun detail lebih lanjut tidak diungkapkan.

Gencatan senjata di Gaza, yang mulai berlaku pada 19 Januari, merupakan hasil mediasi yang dilakukan oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Pada tahap awal perjanjian, puluhan sandera Israel dan ratusan tahanan Palestina telah dibebaskan.

Data terbaru dari Pasukan Pertahanan Israel menunjukkan bahwa 59 sandera masih berada di tangan Hamas, dengan 35 di antaranya telah dinyatakan tewas. Dari jumlah tersebut, lima orang merupakan warga negara Amerika Serikat, dengan hanya satu yang diyakini masih hidup.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama